sumber foto: cultureindo.com |
Ragam Tari Indonesia
Kamis, 21 November 2019
TARI MONONG
Tarian monong memiliki gerakan yang lebih menekankan
gerakan saat dukun melakukan ritual penyembuhan. Gerakan tersebut adalah saat
dukun melakukan pembacaan mantra dan menari pada saat ritual sedang berlangsung. Penari juga dilengkapi dengan berbagai alat
yang digunakan utuk ritual. Selain itu, dalam tarian ini juga diiringi dengan
alunan alat musik tradisional suku Dayak agar suasana pertunjukan lebih hidup.
TARI TANDAK SAMBAS
Sumber foto: TribunPontianak.com |
Tarian Tanda’ Sambas sudah ada sejak zaman penjajahan. Masyarakat sekitar tidak banyak yang tahu pasti mengenai siapa nama pencipta tarian Tanda’ Sambas. Tanda’ Sambas sudah ada lama sekali dan sudah sering dimainkan oleh orang tua zaman dahulu. Tarian Tanda’ Sambas telah turun-temurun dan merupakan tarian asli melayu Sambas (Kalimantan Barat).
Tanda’ merupakan salah satu bahasa
Melayu yang berarti menari. Dinamakan Tanda’ Sambas karena ini merupakan seni
tari yang berada di wilayah Sambas. Tarian Tandak yang merupakan tarian khas
melayu juga terdapat di sarawak, dimana lokasi Sambas dan Sarawak ini
berdekatan. Tapi tarian Tandak Sambas dan Tandak Sarawak memiliki perbedaan dan
memiliki ciri khasnya masing-masing.
Pada awalnya tarian tandak sambas
di tarikan oleh kaum pria yang minimal berjumlah 2 orang. Tapi seiring dengan
banyaknya minat dari kaum perempuan untuk menarikan tarian tandak Sambas,
sehingga sekarang tarian Tandak Sambas di dominasi oleh kaum perempuan. Tarian
Tandak Sambas akan lebih menarik jika di persembahkan oleh penari yang banyak
serta berpasangan.
Tarian Tanda’ Sambas diiringi
dengan alunan musik yang berciri khas Melayu serta memiliki lirik lagu yang
membuat penikmat terpukau dalam menyaksikannya.
Berikut
lirik lagu dari tandak sambas
Dari saing ke tangga' ammas,
Singgah dolok ke sungai pinnang
Dari saing ke tangga' ammas,
Singgah dolok ke sungai pinnang
Dare laing ussah nak cammas,
Abis bulan diantar pinnang..
Dare laing ussah nak cammas,
Abis bulan diantar pinnang..
Batang ittok batang impalam,
Batang padi darilah siam
Batang ittok batang impalam,
Batang padi darilah siam
Datang itok datang bemallam,
Datang duddi silalu diam
Datang itok datang bemalam,
Datang duddi silalu diam
REFF....
Dari....lah.... saing,
Dari lah saing ke tangga' lah ammas
Dari....lah.... saing,
Dari lah saing ke tangga' lah ammas
Diii.. silalukan..
Di silalukan ke sungai pinnang
Diii.. silalukan..
Di silalukan ke sungai pinnang
Dua' lah bedua'
Dua bedua' bujang betanda
Dua' lah bedua',
Dua bedua' bujang betanda
INTRO....
Langkah ke kere', langkah ke kannan
O dah yak kite besame lah same
Langkah ke kere', langkah ke kanan
O dah yak kite besame lah same
Tandak lah sambas, sunggoh gembire
Hiborkan ati gundah gulane
Tandak lah sambas, sunggoh gembire
Hiborkan ati gundah gulane
REFF....
Dua' lah bedua',
dua bedua' bujang betanda
Dua' lah bedua',
dua bedua' bujang betanda
Langkah ke kere', langkah ke kannan
O dah yak kitte besame lah same
Langkah ke kere', langkah ke kanan
O dah yak kitte besame lah same
Tandak lah sambas, sunggoh gembire
Hiborkan ati gundah gulane
Tandak lah sambas, sunggoh gembire
Hiborkan ati gundah gulane
Tandak lah sambas, sunggoh gembire
Hiborkan ati gundah gulane
Tandak lah sambas, sunggoh gembire
Hiborkan ati gundah gulane
Dua' lah bedua',
Dua bedua' bujang betanda
Dua' lah bedua'
Dua bedua' bujang betanda.
Sejak masa pertumbuhannya, Tanda’ Sambas belum memiliki gerakan khusus dan
baku. Ia ditarikan secara spontan sehingga tidak memiliki nama dan makna
khusus. Lama waktu (durasi) tarian tampil tergantung pada minat penonton.
Bahkan pada saat tarian berlangsung, penonton yang berminat menari dapat
langsung ikut memasuki arena tari dan menari bersama.
Tahun 1974, telah dibuat sebuah keseragaman dalam ragam tari Tanda’ Sambas.
Namun gaya dalam tari Tanda’ Sambas masih tergantung kreativitas penari. Ragam
ini diciptakan sendiri oleh Ibu Aklima A. Ma. Pd untuk mempermudah pembelajaran
Tanda’ Sambas.
Sesuai dengan zamannya, penggunaan busana yang sederhana menjadi salah satu
ciri tarian Tanda’ Sambas. Penari hanya menggunakan stelan baju Teluk Belanga
dan kain pelekat serta dilengkapi kopiah/songkok tanpa aksesoris tambahan.
Demikian juga tata rias tidak digunakan.
Seiring berkembangnya minat perempuan terhadap Tanda’ Sambas, busana tari
pun turut berkembang. Penari perempuan menggunakan baju Melayu (baju kurung)
dan dilengkapi kain Bannang Ammas sebagai bawahannya. Selain itu, tata rias
juga mulai digunakan dengan berbagai penambahan aksesoris sebagai pelengkap
penampilan.
Daftar
Pustaka
Ikram, A. Muin. 2008. Tanda’
Sambas: Tari Pergaulan Kalimantan Barat. Kalimantan Barat: Yayasan Penulis
Enam-Enam.Asmirizani, “Tarian Tanda’ Sambas Wajib Dilestarikan Oleh Pemuda”,
TARI BOPUREH
Sumber: Indonesiakaya.com |
Kisah cinta di tanah jauh,
Tanah kerinduan di Rijuan TujuhTujuan akhir pemuda rantau, Dari jangkang di atas sanggau Gadis kanayan memikat hati, Memberikan cinta sepenuh hati Bumi dipijak langit dijunjung, Sampaikan cinta pada penghujungBeda bahasa beda budaya, Lain adat lain silsilahPagar batas menahan langkah, Warna-warni masalah berujung kisahApakah cinta seputih kapas, Mengubah pelangi di langit lepas
Di bait terakhir puisi tersebut, tergambar kerisauan hati seorang pria yang cintanya terhalang oleh adat. Kisah cinta yang terhalang oleh adat merupakan kisah klasik yang banyak terjadi di masyarakat Suku Dayak, Kalimantan. Sejak dulu, berkembang peraturan adat yang mengatur pantangan menikah dengan seseorang yang berlainan suku. Hal ini lazim terjadi mengingat Suku Dayak memiliki subetnis yang banyak dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Puisi bertemakan kisah kasih tak sampai tersebut kemudian menjadi prolog lahirnya sebuah tari kreasi yang bernama tari bopureh.
Tari Bopureh berasal dari masyarakat Suku Dayak. Suku yang menetap di Kalimantan ini memilki subetnis yang cukup banyak. Tiap subetnis memiliki aturan yang berbeda – beda.Tak jarang cinta yang tumbuh terhalang oleh aturan adat. Sebuah kisah klasik yang menghiasi kehidupan masyarakat suku Dayak.
Tari Bopureh berasal dari masyarakat Suku Dayak. Suku yang menetap di Kalimantan ini memilki subetnis yang cukup banyak. Tiap subetnis memiliki aturan yang berbeda – beda.Tak jarang cinta yang tumbuh terhalang oleh aturan adat. Sebuah kisah klasik yang menghiasi kehidupan masyarakat suku Dayak.
Tari Bopureh mengisahkan cerita cinta seorang pemuda Suku Dayak Jangkang. Pemuda ini mencintai wanita dari Suku Dayak Kanayan. Cinta yang tumbuh diantara keduanya terhalang oleh adat. Dua sejoli yang terikat tali kasih ini tak bisa berbuat apa – apa. Memang sebuah pantangan bagi masyarakat Dayak untuk menikah dengan orang di luar kelompoknya. Dalam bahasa Jangkang, “bopureh” mengandung arti silsilah.
Sebagai garapan seni kreasi, tari bopureh tidak lepas dari unsur-unsur estetika tari tradisional Dayak pada umumnya. Misalnya dalam busana dan perlengkapan lainnya yang mendukung tarian tersebut dan erat dengan adat Dayak. Penari bopureh mengenakan pakaian adat Suku Dayak Kalimantan Barat, tapi yang telah dimodifikasi pada beberapa bagiannya. Perlengkapan mahkota burung tingang yang dikenakan penari pria semakin memperkental identitas tari bopureh sebagai bagian dari seni pertujukan Suku Dayak.
Tari Bopureh biasa ditarikan oleh 8 atau 10 penari dengan sepasang penari sebagai pemeran utamanya, tarian ini didominasi oleh liukan tangan sambil sesekali mengubah formasi. Di bagian tengah pementasan, delapan penari yang semuanya perempuan akan membentuk formasi melingkar dengan pria penari sebagai pusat lalu membentangkan kain warna warni yang merupakan simbolis dari beragamnya Suku Dayak. Agar nuansa dalam tarian lebih hidup, maka tari bopureh ini dilengkapi dengan iringan musik khas Dayak. http://youtube.com/watch?v=0n4ALw6pQYk
Daftar Pustaka
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/kisah-kasih-tak-sampai-dalam-tari-bopureh
http://www.infobudaya.net/2019/01/kisah-cinta-yang-terhalang-adat-dalam-tari-bopureh/
Langganan:
Postingan (Atom)